Selasa, 23 Februari 2010
Batik Jawa Hokokai
BATIK sangat cepat menyerap unsur-unsur baru yang berada di sekitar masyarakat, terutama batik-batik dari daerah pesisir. Batik Belanda menjadi istilah khusus untuk menggambarkan pengaruh orang-orang Belanda di Jawa. Ada batik dengan motif yang berasal dari cerita Si Runjung Merah (Little Riding Hood), ada motif rangkaian bunga yang diikat pita dan disebut sebagai motif buketan dari asal kata bouquet. Motif burung hong, singa, merak, adalah beberapa yang menunjukkan pengaruh Cina.
Ketika Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942-1945 sebagai bagian dari kampanye penaklukan Asia Timur Raya, pengaruh Jepang juga terasa pada batik-batik di pesisir utara Jawa Tengah. Pada masa itu, dilahirkan batik-batik tulis yang disebut sebagai batik Jawa Hokokai. Nama ini mengikuti nama organisasi propaganda Jepang yang mengindoktrinasi semua yang berusia di atas 14 tahun tentang konsep Asia Timur Raya. Mungkin karena periode pendudukannya yang singkat serta kekejaman Jepang yang luar biasa selama 3,5 tahun masa penjajahan itu, maka sedikit saja informasi yang tersedia tentang batik Jawa Hokokai. Juga belum ada tulisan yang khusus membahas batik dari periode ini.
Batik-batik dari era 1942-1945 yang sering disebut sebagai batik Jawa Hokokai ini dipamerkan di Gedung Arsip Nasional pada tanggal 13 September - 24 September 2000 dari pukul 09.00-16.30, termasuk Minggu. “Pada hari Kamis (21/9) malam ada presentasi batik Jawa Hokokai dari Iwan Tirta di Gedung Arsip, sebaiknya yang berminat memesan tempat lebih dulu karena tempatnya terbatas,” kata Tamalia Alisjahbana, Direktur Eksekutif Yayasan Gedung Arsip Nasional.
Tanda penyesuaian
Iwan Tirta dalam bukunya Batik, A Play of Light and Shades, menyebutkan para juragan batik memperkenalkan batik Jawa Hokokai sebagai tanda “penyesuaian” kepada penguasa baru supaya mereka mendapat tempat. Batik Hokokai mengingatkan pada sehelai kanvas, di mana setiap bidangnya diisi dengan rapat oleh ragam hias. Bunga sakura dimasukkan ke dalam batik Hokokai, tetapi secara keseluruhan tidak ada pengaruh khusus desain Jepang. Menurut Iwan, batik Hokokai tampak sebagai evolusi alamiah banyak batik lain di pantai utara Jawa yang dipengaruhi oleh Cina dan Eropa.
Hermen C Veldhuisen dalam Fabric of Enchantment, Batik from the North Coast of Java, secara singkat menyebut batik Hokokai dibuat di bengkel-bengkel milik orang Indo-Eropa, Indo-Arab, dan Peranakan, yang diharuskan bekerja untuk orang-orang Jepang karena kualitas pekerjaan bengkel mereka yang sangat halus. Sedangkan kain katunnya dipasok oleh orang-orang yang ditunjuk oleh tentara pendudukan Jepang.
Ciri-ciri kain panjang pada masa ini menurut Veldhuisen adalah penuhnya motif bunga pada kain tersebut. Meskipun gaya batik ini disebut sebagai diperkenalkan oleh dan untuk Jepang, tetapi sebetulnya gaya ini sudah muncul beberapa tahun sebelumnya. Bengkel kerja milik orang Peranakan di Kudus dan Solo pada tahun 1940 sudah menggunakan motif buketan yang berulang, dengan latar belakang yang sangat padat dan disebut sebagai buketan Semarangan. Kain-kain ini dibuat untuk Peranakan kaya di Semarang.
Kain batik pagi-sore, yaitu kain batik yang terbagi dua oleh dua motif yang bertemu di bagian tengah kain secara diagonal, juga bukan merupakan ciri khas batik Hokokai, karena kain pagi-sore ada kain pagi-sore yang dibuat pada tahun 1930 di Pekalongan. Dengan kain pagi-sore, efisiensi pemakaian menjadi salah satu tujuan karena selembar kain bisa dipakai untuk dua kesempatan dengan motif berbeda. Warna yang lebih gelap biasanya dipakai di bagian luar untuk pagi dan siang hari, sementara bagian yang berwarna pastel dipakai pada acara malam hari.
Meskipun begitu, Veldhuisen menyebutkan batik Hokokai adalah salah satu contoh gaya batik yang paling banyak berisi detail, menggabungkan ciri pagi-sore, motif terang bulan, dan tanahan Semarangan. Batik Hokokai menggunakan latar belakang yang penuh dan detail yang digabungkan dengan bunga-bungaan dalam warna-warni yang cerah. Motif terang-bulan awalnya adalah desain batik dengan motif segi tiga besar menaik secara vertikal di atas latar belakang yang sederhana.
Belum diriset
Meskipun buku-buku tentang batik umumnya hanya menyebut sekilas saja tentang batik Jawa Hokokai, tetapi Yayasan Gedung Arsip Nasional berhasil menyusun katalog pameran dengan menggunakan informasi dari nara sumber yang masih ada. Mereka adalah kolektor batik atau juragan pembuat batik, seperti Ny Eiko Adnan Kusuma, Ny Nian Djoemena yang menulis beberapa buku tentang kain Indonesia, dan Iwan Tirta yang artisan batik.
Kain-kain batik Jawa Hokokai yang dipamerkan di Gedung Arsip Nasional itu hampir semuanya merupakan batik pagi-sore dengan warna yang cemerlang. Kupu-kupu merupakan salah satu motif hias yang menonjol selain bunga. Meskipun kupu-kupu tidak memiliki arti khusus untuk masyarakat Jepang, tetapi orang Jepang sangat menyukai kupu-kupu. Namun, kupu-kupu dianggap bukan merupakan pengaruh Jepang, melainkan pengaruh dari juragan Cina yang membuat batik di bengkel mereka. Untuk orang Cina, terutama yang berada di Indonesia, kupu-kupu merupakan lambang cinta abadi seperti dalam cerita Sampek Engtay.
Motif dominan lainnya adalah bunga. Yang paling sering muncul adalah bunga sakura (cherry) dan krisan, meskipun juga ada motif bunga mawar, lili, atau yang sesekali muncul yaitu anggrek dan teratai.
Motif hias yang sesekali muncul adalah burung, dan selalu burung merak yang merupakan lambang keindahan dan keanggunan. Motif ini dianggap berasal dari Cina dan kemudian masuk ke Jepang.
Hampir semua batik Jawa Hokokai memakai latar belakang (isen-isen) yang sangat detail seperti motif parang dan kawung di bagian tengah dan tepiannya masih diisi lagi dengan misalnya motif bunga padi. Menurut Tamalia, itu menggambarkan suasana saat itu di mana kain sangat terbatas sehingga pembatik memiliki banyak waktu untuk mengerjakan selembar kain dengan ragam hias yang padat. Sebagian batik Hokokai ada yang menggunakan susumoyo yaitu motif yang dimulai dari salah satu pojok dan menyebar ke tepi-tepi kain tetapi tidak bersambung dengan motif serupa dari pojok yang berlawanan.
Meskipun namanya berbau Jepang dan muncul pada masa pendudukan Jepang, tetapi menurut Tamalia batik Hokokai tidak diproduksi untuk keperluan Jepang melainkan untuk orang-orang Indonesia sendiri. Batik-batik itu awalnya dipesan oleh orang dari lembaga Jawa Hokokai untuk orang-orang Indonesia yang dianggap berjasa dalam propaganda Jepang. Kemudian batik seperti ini menjadi mode dan banyak orang Indonesia kaya yang ikut membeli batik dengan ciri tersebut.
Yang masih menimbulkan pertanyaan, meskipun pendudukan Jepang atas Indonesia dikenang sebagai masa penjajahan yang sangat pahit, tetapi mengapa kepahitan itu tidak muncul dalam ragam hias sama sekali. Justru batik Jawa Hokokai memberi kesan umum sebuah kegembiraan dengan warna yang cerah, bunga, kupu-kupu, merak. Di sini, memang masih diperlukan riset lebih jauh mengenai batik ini.
Jawa baru
Setelah Perang Dunia II usai, Jepang takluk dan angkat kaki dari Indonesia, batik sebagai industri mengalami masa surut. Namun, motif-motif batik terus berkembang, mengikuti suasana. Ketika itu juga muncul istilah seperti batik nasional dan batik Jawa baru. Batik Jawa baru bisa disebut sebagai evolusi dari batik Hokokai. Pada tahun 1950-an batik yang dihasilkan masih menunjukkan pengaruh batik Hokokai yaitu dalam pemilihan motif, tetapi isen-isen-nya tidak serapat batik Hokokai.
Artisan batik yang kembali mengangkat kembali motif Hokokai adalah Iwan Tirta. Pada tahun 1980-an Iwan menginterpretasi ulang motif batik Jawa Hokokai dalam bentuk desain yang baru. Ia memperbesar motif bunga seperti krisan dan mawar serta menambahkan serbuk emas 22 karat sebagai cara untuk mempermewah penampilan batik tersebut. Untuk pergelarannya pada akhir tahun ini, Iwan juga membuat motif kupu-kupu dalam ukuran besar.
Batik memang bukan asli seni membuat ragam hias khas Indonesia, tetapi sejarah dan perkembangan batik menunjukkan bahwa batik Indonesia masih yang terbaik.
Bunga krisan adalah salah satu motif yang digunakan pada batik Jawa Hokokai.
Pagi-sore adalah sebuah cara menggabungkan dua desain batik dengan dua warna pada selembar kain.
Batik dari Iwan Tirta yang merupakan interpretasi terhadap batik Jawa Hokokai.
Kupu-kupu, bunga mawar, dan motif parang, banyak ditemukan pada batik Jawa Hokokai.
Cara pembuatan
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.
Minggu, 14 Februari 2010
Hukum Merayakan Valentine Day
Al Quran : (25) Al Furqaan : Ayat 52 :Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar. (QS. 25:52)
Al Quran : (76) Al Insaan : Ayat 24:Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka. (QS. 76:24)
Al Quran : (68) Al Qalam : Ayat 8:Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah). (QS. 68:8)
Al Quran : (17) Al Israa’ : Ayat 36:Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. 17:36)
Al Quran : (6) Al An’aam : Ayat 153: dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS. 6:153)
disitu sudah sangat jelas bahwa mengikuti sesuatu yang tak jelas hukumnya dan manfaatnya itu tak diperbolehkan. Allah melarang perayaan hal-hal seperti itu tentu saja agar umat-umatnya tak terperosok kedalam jurang kenistaan.Valentine tak mempunyai manfaat sedikitpun,yang didapat hanyalah kebahagian semu yang akan menjerumuskan kita ke azab Allah.. beberapa dampak negatif dari Valentine day :
- Valentine’s day merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya dalam syari’at Islam.
- Merayakan Valentine’s day dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para shalafush shalih (para pendahulu kita dari kalangan para sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in) – semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak hal melakukan hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan gemar ikut-ikutan.
- Di antara dampak buruk lain bagi orang yang ikut serta merayakan Valentine’s day adalah ikut mempopulerkn ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam.
- Dampak buruk lainnya, bahwa dengan merayakan Valentine’s day berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung, dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka’at sholatnya telah membaca ayat (artinya): “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah: 6-7)
hendaklah kita segera bertaubat mencari jalan yang benar di zaman yang sudah berada di ujung peradaban ini. Sesungguhnya Allah memudahkan hambanya untuk menjadi umutnya yang taat apabila kita mau berusaha.
Sejarah Singkat Valentine :
Ribuan literatur yang berupaya menggli sejarah awal hari Valentine masih berbeda pendapat. Ada banyak versi tentang asal perayaan Valentine ini. Yang paling populer adalah kisah Valentinus (St. Valentine) yang diyakini hidup pada masa Claudius II yang kemudian ajal pada tanggal 14 Februari 269 M, namun ini pun ada beberapa versi. Yang jelas dan tidak mengdung silang pendapat adalah kalau kita menilik secara lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (pemujaan dewa-dewi) Romawi kuno.
Waktu itu ada sebuah perayaan yang dikenal sebagai Lupercalia, di dalamnya terdapat rangkaian upacara penyucian di masa Romawi kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish) Juno Februata. Pada hari itu, para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangan selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada tanggal 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari golongan serigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut (mencambuk) orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena dianggap lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur. Ketika agama Katholik memasuki Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Nasrani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastur. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Constantinus dan Paus Gregorius I (lihat The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Kemudian agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Nasrani, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (lihat The World Book Encyclopedia, 1988). Tentang siapakah sesungguhny St. Valentine ini – seperti telah disinggung di atas – sejarawan masih berbeda pendapat.
Pada saat ini, sekurang-kurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal pada tanggal 14 Februari. Diantaranya ialah kisah yang menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, tetapi tindakan kaisar itu mendapatkan tantangan dari St. Valentine yang secara diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga dia pun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M.
Semoga kita senantiasa berada dibawah lindunganNya hingga bertemu denganNya nanti..Amin.